Kisah Kedermawanan H. Ma’ruf
![]() |
| Salah seorang warga berziarah di makam H. Ma'ruf |
Pabrik-pabrik
milik PR. Djambu Bol di sekitaran Desa Ngembal, Kecamatan Bae, Kudus masih
berdiri dengan kokohnya, kendati nampak tidak terawat. Terlebih, sudah beberapa
tahun ini perusahaan sudah tidak prosuksi lagi dan para karyawannya telah
‘’dirumahkan’’.
Tak pelak,
nama besar Djambu Bol sebagai salah satu perusahaan yang bergerak di industri rokok
kretek di tanah air, pun lambat laun memudar dan hanya tinggal nama. Namun itu
tidak berlaku tidak bagi pendiri pabrik rokok kretek tersebut, H. Ma’ruf.
Nama H. Ma’ruf,
memang sangat dikenal luas masyarakat. Tidak sekadar karena dialah sang pendiri
Djambu Bol, melainkan karena kedermawanannya. ‘’H. Ma’ruf itu Wali Sugih,’’
sebut H. Aris Junaidi, salah satu warga Desa Ngembal yang kini mengelola Saung
Bambu Wulung.
Mantan
‘’ajudan’’ mendiang KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) itu menyebutkan, cerita
kedermawanan H. Ma’ruf pun sudah menjadi rahasia umum di masyarakat. ‘’H. Ma’ruf
itu kalau membantu tidak pandang bulu. Siapa pun yang meminta bantuan, sebisa
mungkin dibantu,’’ terangnya.
Ustadz
Musthofa, salah satu warga asal Demak yang sudah puluhan tahun tinggal tak jauh
dari kediaman peninggalan H. Ma’ruf, mengatakan, bahwa pendiri Djambu Bol itu
sering disebut orang dengan ‘’Wali Dunia’’.
‘’Beliau
sering disebut Wali Dunia, karena harta yang dimilikinya disebar
(didermakan-Red) untuk pembangunan mushola, masjid, madrasah, pondok-pondok
pesantren, membantu fakir-miskin dan anak yatim yang membutuhkan,’’ tuturnya.
Di kalangan
santri di sekitar Desa Ngembal waktu itu, kisah kedermawanan H. Ma’ruf ini juga
bukan rahasia. Setiap kali Ramadhan, para santri yang mengaji diberi buka puasa
selama satu bulan penuh, dan kalau santri mau pulang kampung diberi uang saku (sangu).
‘’Saat
Ramadhan, setiap sore, H. Ma’ruf juga sering berkeliling melihat para pedagang
yang mremo di sekitaran pesantren.
Jika ada pedagang yang sudah sepuh,
biasanya dihampiri, dibeli semua dagangannya untuk dibagikan kepada para
santri,’’ ujarnya.
![]() |
| Bangunan ini menjadi salah satu saksi kejayaan pabrik rokok kretek Jambu Bol |
Kisah menarik
lagi yang disampaikan Musthofa, bahwa H. Ma’ruf itu suka melakukan amal secara
sirri (rahasia). Ada cerita, di Kajen, Pati, dulu ada seorang kiai yang setiap
bulan mendapati amplop berisi uang di kotak surat rumahnya, namun tidak ada
tertera siapa pengirimnya. ‘’Ternyata setelah Mbah Ma’ruf wafat, tidak ada lagi,’’
ungkapnya.
Di luar kisah
kedermawanannya yang sangat banyak untuk dikemukakan, H. Ma’ruf juga dikenal
sebagai sosok yang dekat dengan kiai dan senang mengaji. ‘’Pada masanya, setiap
Jum’at pagi, Pak H. Ma’ruf mengundang kiai-kiai berkumpul di rumahnya untuk berdialog
seputar agama.
‘’Kiai-kiai
saya dulu sering diundang Mbah Ma’ruf untuk berdialog seputar agama di
rumahnya. Kiai yang sering diundang, antara lain KH. Zainuri, KH. Muhdlor, KH.
Jupri, Kiai Abdul Bari, Kiai Mas’ud, KH. Ikhsan, dan Kiai Juz’an,’’ urainya.
Selain
mengundang kiai-kiai untuk berdialog di rumahnya, H. Ma’ruf juga senang
menghadiri pengajian-pengajian, terlebih yang diselenggarakan di sekitar tempat
tinggalnya. ‘’Jika ada pengajian, Mbah Ma’ruf selalu menyempatkan hadir,
terlebih jika kiainya adalah KH. Arwani Amin atau KH. Hasan Mangli,’’ katanya.
Karena kedermawanan
H. Ma’ruf itulah, banyak orang yang berziarah ke makamnya untuk memberikan
penghormahatan kepada ‘’Wali Dunia’’ itu. ‘’Peziarah yang datang ke makam H.
Ma’ruf tidak hanya dari Kudus, juga dari kota-kota lain seperti Demak, Batang,
Pati, Semarang, dan Kendal,’’ terang A. Abdul Mujib dan M. Farohi, pengurus
Pondok Pesantren Darul Ulum yang berlokasi di samping kompleks makam keluarga
H. Ma’ruf. (Rsd, Hr)
Labels
Napak Tilas


Post A Comment
Tidak ada komentar :