Perihal Sunan Kedu dan Mitos Industri Kretek

Tak memiliki pertanian tembakau, namun Kudus merupakan salah satu kabupaten yang perekonomian rakyatnya antara lain ditopang oleh Industri Hasil Tembakau (IHT). Ada mitos Sunan Kedu di balik tumbuhnya industri kretek ini. 
Makam Sunan Kedu di Desa Gribig, Kecamatan Gebog, Kudus
SERINGKALI ada yang bertanya, bagaimana bisa Kabupaten Kudus yang tidak mengembangkan pertanian tembakau, namun justru banyak industri yang memproduksi rokok kretek berdiri di sini.
Jawaban yang sering muncul, keberadaan industri kretek di Kudus terkait mitos Syeh Abdul Basyir (Sunan Kedu). Sunan Kedu adalah waliyyullah yang semasa dengan Sunan Kudus. Sang sunan yang dipercaya asal wilayah Kedu ini, melakukan dakwah Islam di Kudus, khususnya di Desa Gribig, Kecamatan Gebog.
Makam Sunan Kedu berada di area yang berbatasan langsung dengan persawahan di RT 04 RW II Dukuh Gribig Krajan. Sekitar 200  meter ke utara dari Pabrik Djarum Gribig. Sesampai di madrasah untuk TPQ dan Madrasah Diniyah, melewati gang kecil kecil arah barat sekitar 50 meter.
Meski tak cukup luas, kompleks makam Sunan Kedu cukup bersih dan rapi. Ada sebuah aula kecil yang bisa dipergunakan untuk rapat di depan kompleks makam, sumur di bagian barat, dan sebuah kamar kecil.
Di sisi bagian timur, sebuah pohon beringin yang tak begitu tinggi namun rindang daunnya, berdiri tegak. ''Dulunya beringin ini tinggi, namun ditebang karena khawatir roboh menimpa bangunan warga,'' Mas'udi, juru kunci makam, menjelaskan.
Hardi Cahyono dan Jazuli, pengurus masjid dan makam Sunan Kedu, mengutarakan, berdasarkan penuturan KH. M. Yusuf Ainul Yakin Grabag, Magelang, Sunan Kedu berasal dari Temanggung yang diutus Kerajaan Demak untuk nyantri (belajar) kepada Sunan Kudus dan men-syi'arkan Islam di wilayah Gribig. 
''Selain ‘alim di bidang ilmu agama, Sunan Kedu ini terkenal sebagai sosok yang ahli dalam bidang pertanian. Di sela-sela aktivitas bertani, diselipkan pesan-pesan dakwah yang disampaikan kepada masyarakat waktu itu.’’
Berdasarkan cerita tutur turun temurun, saat mengelola pertanian di sawah dan masuk waktu shalat dhuhur, Sunan Kedu buru-buru mencari air bersih untuk berwudhu dan kemudian menjalankan shalat.
''Masyarakat yang belum memeluk Islam tentu bertanya-tanya apa yang dilakukannya. Maka kemudian Sunan Kedu menjelaskan mengenai wudhu, shalat, apa tujuan shalat, dan lainnya. Lambat laun, masyarakat memahami Islam dan akhirnya memeluk agama samawi terakhir ini,'' katanya.
Terikat ''Perjanjian''
Jazuli yang diamini Hardi Cahyono mengutarakan, sejak awal, disamping dakwah Islam, antara Sunan Kedu dan Sunan Kudus sebenarnya sudah terikat ''perjanjian'' tak tertulis mengenai pengembangan pertanian dan wirausaha, yang kemudian diyakini menjadi titik balik pengembangan berbagai usaha (industri) di Kudus saat ini.
Karena Sunan Kedu ahli dalam bidang pertanian, maka oleh Sunan Kudus diminta mengembangkan tanaman tembakau di wilayah Kedu, sementara untuk pengolahan dan pemasarannya, menjadi tanggungjawab Sunan Kudus.
''Ada makna simbolik dari sini. Di Kudus banyak berdiri industri, utamanya perusahaan rokok kretek yang salah satu bahan bakunya adalah tembakau, yang spirit berwirausahanya dihembuskan Sunan Kudus. Sedang di Temanggung dan sekitarnya yang merupakan lahan pertanian tembakau, hampir tak ada perusahaan berbasis tanaman tembakau,’’ terangnya.
Kepercayaan masyarakat bahwa Sunan Kedu ahli di bidang tembakau inilah, maka banyak perusahaan rokok kretek yang sampai kini sering mengirim utusan untuk melakukan acara selamatan ataupun manaqib di makam Sunan Kedu, terlebih pada malam Jum'at Kliwon.
Dalam buku tamu di makam sang sunan, tercatat nama-nama peziarah utusan dari berbagai perusahaan rokok kretek. Seperti PT Djarum, PR Sukun, PR Kembang Arum, PT Matoa, dan Love Mild. Perusahaan-perusahaan ini juga rutin berkontibusi saat upacara haul Sang Sunan digelar setiap 12 Suro. ''Istilahnya selamatan atau ngalap berkah,’’ ujar Jazuli. (rsd, hr)
Post A Comment
  • Blogger Comment using Blogger
  • Facebook Comment using Facebook
  • Disqus Comment using Disqus

1 komentar :